Selasa, 11 Agustus 2020

BERKARYA SENI RUPA TERAPAN

BERKARYA SENI RUPA TERAPAN


     Berkarya atau berkreasi seni rupa adalah hak bagi setiap orang dan bukan menjadi monopoli kaum perupa atau orang-orang yang berbakat saja. Adalah penting dipahami bahwa berkarya seni termasuk kegiatan kreatif yang positif bagi perkembangan psikis. Seorang manusia harus seimbang kesehatan jiwa dan raganya. Untuk inilah kalian pun dapat berkarya sesuai dengan kemampuanmu tanpa harus merasa memiliki bakat kesenirupaan karena kemauan dan kerja keraslah yang menjadi modal dalam berkreasi.
     Di dalam cabang seni rupa dikenal pembagian seni rupa murni (fine art) yang mengutamakan ekspresi dan seni rupa terapan (applied art) yang terdiri atas desain yang mengedepankan fungsi bagi manusia, dan kriya yang memerlukan keahlian kekriyaan yang tinggi dan memenuhi fungsi terapan.
     Karya seni rupa terapan amat memenuhi fungsi kebutuhan manusia akan benda-benda penunjang hidupnya. Pakaian, perhiasan, tempat tinggal, atau kendaraan adalah benda- benda yang mendukung kehidupan manusia dan mengandung aspek fungsi sekaligus keindahannya. Pertimbangan manusia selaku pengguna sangat didahulukan untuk selanjutnya dilengkapi nilai artistik atau estetiknya.

A.      Merancang atau Mendesain
Kegiatan merancang atau mendesain merupakan hal yang harus dilakukan paling awal setelah gagasan muncul. Sebuah desain harus memperhatikan faktor-faktor yang sejalan dengan prinsipnya, yakni kesederhanaan, keselarasan, irama, kesatuan yang terpadu, dan keseimbangan.
1.       Kesederhanaan
Sebuah karya desain terlebih dahulu harus memenuhi perannya sebagai benda yang dipakai manusia. Aspek fungsional benda harus dikedepankan dan tidak boleh kalah oleh kerumitan desainnya.
2.       Keselarasan
Bagian demi bagian desain sebuah benda atau antarbenda harus menunjukkan keselarasan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terasa kurang atau timpang pada susunannya (komposisi).
3.       Irama
Kesan gerak yang disebabkan keselarasan (harmoni) dan perlawanan (kontras) disebut irama atau ritme. Kesan gerak irama pada desain dapat mengesankan kondisi seperti tenang, lembut, ramai, dan tegas.
4.       Kesatuan yang Terpadu
Bagian-bagian sebuah desain harus saling mendukung sehingga tidak mengesankan berantakan. Kesatuan yang terpadu dapat dicapai dengan pengimbangan antar bagian benda.
5.       Keseimbangan
Sudah menjadi naluri dasar manusia untuk menyukai sesuatu yang serba seimbang dan tidak berat sebelah. Keseimbangan sebuah desain yang dibangun tergantung pada setiap unsur yang terkandung di dalamnya dan untuk mencapainya dituntut kepekaan rasa perancangnya.

B.      Benda Hias Dua Dimensi
     Benda hias dua dimensi adalah benda yang memiliki fungsi hias atau terapan yang dominan dibandingkan nilai ekspresinya. Wujud bendanya berupa bidang datar yang memiliki sisi panjang dan lebar tanpa volume. Perlu kepandaian khusus pembuatnya gar fungsinya sebagai benda hias tampil optimal. Kesan volume, ruang, dan kedalaman dapat disiasati dengan mengolah elemen visualnya. Artinya unsur seperti garis, warna, dan nada gelap terang harus diolah sedemikian rupa agar mendukung tampilan karya.
     Bahannya dapat berasal dari bahan alam seperti kulit binatang atau kayu. Juga dari bahan buatan semacam kertas, gips, dan lilin. Teknik pembuatannya dapat dilukis atau diukir. Peralatan yang dipakai disesuaikan dengan bahan dan teknik yang dipilih.
     Jenisnya dapat berupa gambar atau lukisan hias dan relief. Penempatannya dapat dipajang atau digantungkan di dinding.

C.      Benda Hias Tiga Dimensi
     Berbeda dengan benda hias dua dimensi yang hanya memiliki sisi panjang dan lebar, benda hiasa tiga dimensi bersifat volumetris dan berruang. Pemanfaatan volume, warna, tekstur, dan nada gelap terang secara baik dapat mendukung tampilan karya yang dapat dinikmati dari berbagai sudut pandang ini.
     Bahan tanah liat, kayu, batu, atau besi dapat dijadikan benda hias ini. Teknik pembuatannya dapat dilakukan dengan cara dipahat, dibentuk, dicor, atau dilas. Peralatan yang diperlukan tentu saja disesuaikan dengan bahan dan teknik yang dipakai. Jenisnya dapat berupa patung hias atau cindera mata yang dapat dipajang sebagai benda terapan.

D.      Memamerkan Karya
     Seni adalah ungkapan nilai-nilai yang lahir dari dan untuk kegiatan serta sikap apresiasi. Dorongan berkarya muncul akibat dari adanya suasana batin tertentu yang berupa tanggapan batin atas suasana diri dan lingkungannya. Seorang perupa selalu terpanggil untuk menampilkan karya yang mencerminkan kesadaran atas berbagai kondisi di sekitarnya. Akan tetapi proses penciptaan karya seni atau disebut pula proses kreatif demikian tidaklah cukup. Sebuah karya akan berarti bila sudah dikomunikasikan kepada masyarakat melalui sebuah kegiatan yang disebut pameran atau eksibisi (dari bahasa Inggris exhibition). Pada cabang seni musik, tari, atau teater kegiatan penyajian karya ini disebut pergelaran atau pertunjukan.
1.       Tujuan dan Fungsi Pameran
     Kegiatan pameran bertujuan untuk mengkomunikasikan karya seni rupa – termasuk desain dan kriya – dan perupanya di satu pihak dengan masyarakat umum di lain pihak. Di kalangan umum tersebut selain berasal dari masyarakat awam tentu saja terdapat pula dari kalangan seni rupa, termasuk juga dari akademisi, wartawan, dan kritikus seni rupa. Hasil interaksi antara kedua belah pihak adalah, bagi pihak perupa mendapatkan masukan berupa pujian atau kritik terhadap karya dan aktivitas berkesenirupaannya, 
     sedangkan bagi masyarakat merupakan sarana berapresiasi. Dalam hal ini terjadi komunikasi yang saling menguntungkan antara keduanya.
     Pameran memiliki fungsi sosial yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan spiritual masyarakat. Berbagai tanggapan yang muncul akan berpengaruh bagi diri perupa, masyarakat, maupun perkembangan seni rupa sendiri.
Secara umum fungsi sosial pameran terdiri atas:
a.       Sarana Apresiasi
Tanggapan yang muncul pada seseorang setelah menyaksikan pameran dapat bermacam- macam bentuknya. Hal tersebut dapat terjadi karena tingkat apresiasi dipengaruhi latar belakang pendidikan, wawasan, dan pengalamannya.
Penghargaan atau apresiasi pasif yang dilakukan kalangan masyarakat awam sesungguhnya amat penting dan tidak bisa diabaikan. Masyarakat dapat belajar dan mendapat semacam kesegaran batin melalui karya seni rupa. Ibarat dahaga, berapresiasi terhadap karya seni rupa di sebuah pameran dapat memuaskan keinginan itu. Kebutuhan kejiwaan yang salah satunya terkait dengan keindahan pun perlu dipenuhi sebagaimana kebutuhan jasmani seperti makan dan minum dipuaskan.
b.       Sarana Edukasi
Kegiatan pameran dapat menjadi sarana membelajarkan atau mendidik manusia melalui karya-karya yang dipamerkan. Nilai-nilai pendidikan seperti rasa cinta terhadap sesama dan lingkungan, hormat, penghargaan, kerja keras, dan kesadaran dapat diperoleh dari kegiatan ini. Pewarisan nilai-nilai seperti nasionalisme juga dapat disampaikan melalui karya yang ada tanpa seperti menggurui. Istilah lain yang dipakai bagi pameran untuk kepentingan fungsi sosial adalah sebagai sarana informasi.
c.       Sarana Rekreasi
Pada zaman yang serba sibuk dan penuh tantangan ini seseorang perlu kegiatan rekreatif yang menyehatkan rohani dan pikirannya. Dengan meluangkan waktu untuk mengunjungi sebuah pameran kebutuhan spiritual akan rasa senang dan hiburan demikian dapat dipenuhi.
d.       Sarana Prestasi
Bagi kalangan perupa mengikuti sebuah kegiatan pameran adalah sama pentingnya dengan berkarya. Karya seni yang dipamerkan harus menggambarkan potensi berupa kualitas teknik dan estetiknya.
Bagi kalangan seni rupa khususnya, pameran dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan perupa dalam meningkatkan kualitas dan prestasi kesenirupaannya. Dalam hal-hal tertentu, pameran siswa SMA pun dapat dijadikan ukuran keberhasilan proses pembelajaran pendidikan Kesenian – tepatnya seni rupa di sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar