Berkarya atau berkreasi seni rupa adalah hak bagi setiap
orang dan bukan menjadi monopoli kaum perupa atau orang-orang yang berbakat
saja. Adalah penting dipahami bahwa berkarya seni termasuk kegiatan kreatif
yang positif bagi perkembangan psikis. Seorang manusia harus seimbang kesehatan
jiwa dan raganya. Untuk inilah kalian pun dapat berkarya sesuai dengan
kemampuanmu tanpa harus merasa memiliki bakat kesenirupaan karena kemauan dan
kerja keraslah yang menjadi modal dalam berkreasi.
Di dalam cabang seni rupa dikenal pembagian seni rupa murni
(fine art) yang mengutamakan ekspresi dan seni rupa terapan (applied art) yang
terdiri atas desain yang mengedepankan fungsi bagi manusia, dan kriya yang
memerlukan keahlian kekriyaan yang tinggi dan memenuhi fungsi terapan.
Karya seni rupa terapan amat memenuhi fungsi kebutuhan
manusia akan benda-benda penunjang hidupnya. Pakaian, perhiasan, tempat
tinggal, atau kendaraan adalah benda- benda yang mendukung kehidupan manusia
dan mengandung aspek fungsi sekaligus keindahannya. Pertimbangan manusia selaku
pengguna sangat didahulukan untuk selanjutnya dilengkapi nilai artistik atau
estetiknya.
A.
Merancang atau Mendesain
Kegiatan merancang atau mendesain merupakan hal yang harus
dilakukan paling awal setelah gagasan muncul. Sebuah desain harus memperhatikan
faktor-faktor yang sejalan dengan prinsipnya, yakni kesederhanaan, keselarasan,
irama, kesatuan yang terpadu, dan keseimbangan.
1.
Kesederhanaan
Sebuah karya desain terlebih dahulu harus memenuhi perannya
sebagai benda yang dipakai manusia. Aspek fungsional benda harus dikedepankan
dan tidak boleh kalah oleh kerumitan desainnya.
2.
Keselarasan
Bagian demi bagian desain sebuah benda atau antarbenda harus
menunjukkan keselarasan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terasa kurang atau
timpang pada susunannya (komposisi).
3.
Irama
Kesan gerak yang disebabkan keselarasan (harmoni) dan
perlawanan (kontras) disebut irama atau ritme. Kesan gerak irama pada desain
dapat mengesankan kondisi seperti tenang, lembut, ramai, dan tegas.
4.
Kesatuan yang Terpadu
Bagian-bagian sebuah desain harus saling mendukung sehingga
tidak mengesankan berantakan. Kesatuan yang terpadu dapat dicapai dengan
pengimbangan antar bagian benda.
5.
Keseimbangan
Sudah menjadi naluri dasar manusia untuk menyukai sesuatu
yang serba seimbang dan tidak berat sebelah. Keseimbangan sebuah desain yang
dibangun tergantung pada setiap unsur yang terkandung di dalamnya dan untuk
mencapainya dituntut kepekaan rasa perancangnya.
B.
Benda Hias Dua Dimensi
Benda hias dua dimensi adalah benda yang memiliki fungsi
hias atau terapan yang dominan dibandingkan nilai ekspresinya. Wujud bendanya
berupa bidang datar yang memiliki sisi panjang dan lebar tanpa volume. Perlu
kepandaian khusus pembuatnya gar fungsinya sebagai benda hias tampil optimal.
Kesan volume, ruang, dan kedalaman dapat disiasati dengan mengolah elemen
visualnya. Artinya unsur seperti garis, warna, dan nada gelap terang harus
diolah sedemikian rupa agar mendukung tampilan karya.
Bahannya dapat berasal dari bahan alam seperti kulit
binatang atau kayu. Juga dari bahan buatan semacam kertas, gips, dan lilin.
Teknik pembuatannya dapat dilukis atau diukir. Peralatan yang dipakai
disesuaikan dengan bahan dan teknik yang dipilih.
Jenisnya dapat berupa gambar atau lukisan hias dan relief.
Penempatannya dapat dipajang atau digantungkan di dinding.
C.
Benda Hias Tiga Dimensi
Berbeda dengan benda
hias dua dimensi yang hanya memiliki sisi panjang dan lebar, benda hiasa tiga
dimensi bersifat volumetris dan berruang. Pemanfaatan volume, warna, tekstur,
dan nada gelap terang secara baik dapat mendukung tampilan karya yang dapat
dinikmati dari berbagai sudut pandang ini.
Bahan tanah liat, kayu, batu, atau besi dapat dijadikan
benda hias ini. Teknik pembuatannya dapat dilakukan dengan cara dipahat,
dibentuk, dicor, atau dilas. Peralatan yang diperlukan tentu saja disesuaikan
dengan bahan dan teknik yang dipakai. Jenisnya dapat berupa patung hias atau
cindera mata yang dapat dipajang sebagai benda terapan.
D.
Memamerkan Karya
Seni adalah ungkapan nilai-nilai yang lahir dari dan untuk
kegiatan serta sikap apresiasi. Dorongan berkarya muncul akibat dari adanya
suasana batin tertentu yang berupa tanggapan batin atas suasana diri dan
lingkungannya. Seorang perupa selalu terpanggil untuk menampilkan karya yang
mencerminkan kesadaran atas berbagai kondisi di sekitarnya. Akan tetapi proses
penciptaan karya seni atau disebut pula proses kreatif demikian tidaklah cukup.
Sebuah karya akan berarti bila sudah dikomunikasikan kepada masyarakat melalui
sebuah kegiatan yang disebut pameran atau eksibisi (dari bahasa Inggris
exhibition). Pada cabang seni musik, tari, atau teater kegiatan penyajian karya
ini disebut pergelaran atau pertunjukan.
1.
Tujuan dan Fungsi Pameran
Kegiatan pameran bertujuan untuk mengkomunikasikan karya
seni rupa – termasuk desain dan kriya – dan perupanya di satu pihak dengan
masyarakat umum di lain pihak. Di kalangan umum tersebut selain berasal dari
masyarakat awam tentu saja terdapat pula dari kalangan seni rupa, termasuk juga
dari akademisi, wartawan, dan kritikus seni rupa. Hasil interaksi antara kedua
belah pihak adalah, bagi pihak perupa mendapatkan masukan berupa pujian atau
kritik terhadap karya dan aktivitas berkesenirupaannya,
sedangkan bagi masyarakat merupakan sarana berapresiasi.
Dalam hal ini terjadi komunikasi yang saling menguntungkan antara keduanya.
Pameran memiliki fungsi sosial yang sangat penting dalam
memenuhi kebutuhan spiritual masyarakat. Berbagai tanggapan yang muncul akan
berpengaruh bagi diri perupa, masyarakat, maupun perkembangan seni rupa
sendiri.
Secara umum fungsi sosial pameran terdiri atas:
a.
Sarana Apresiasi
Tanggapan yang muncul pada seseorang setelah menyaksikan
pameran dapat bermacam- macam bentuknya. Hal tersebut dapat terjadi karena
tingkat apresiasi dipengaruhi latar belakang pendidikan, wawasan, dan
pengalamannya.
Penghargaan atau apresiasi pasif yang dilakukan kalangan
masyarakat awam sesungguhnya amat penting dan tidak bisa diabaikan. Masyarakat
dapat belajar dan mendapat semacam kesegaran batin melalui karya seni rupa.
Ibarat dahaga, berapresiasi terhadap karya seni rupa di sebuah pameran dapat
memuaskan keinginan itu. Kebutuhan kejiwaan yang salah satunya terkait dengan
keindahan pun perlu dipenuhi sebagaimana kebutuhan jasmani seperti makan dan
minum dipuaskan.
b.
Sarana Edukasi
Kegiatan pameran dapat menjadi sarana membelajarkan atau
mendidik manusia melalui karya-karya yang dipamerkan. Nilai-nilai pendidikan
seperti rasa cinta terhadap sesama dan lingkungan, hormat, penghargaan, kerja
keras, dan kesadaran dapat diperoleh dari kegiatan ini. Pewarisan nilai-nilai
seperti nasionalisme juga dapat disampaikan melalui karya yang ada tanpa
seperti menggurui. Istilah lain yang dipakai bagi pameran untuk kepentingan
fungsi sosial adalah sebagai sarana informasi.
c.
Sarana Rekreasi
Pada zaman yang serba sibuk dan penuh tantangan ini
seseorang perlu kegiatan rekreatif yang menyehatkan rohani dan pikirannya.
Dengan meluangkan waktu untuk mengunjungi sebuah pameran kebutuhan spiritual
akan rasa senang dan hiburan demikian dapat dipenuhi.
d.
Sarana Prestasi
Bagi kalangan perupa mengikuti sebuah kegiatan pameran
adalah sama pentingnya dengan berkarya. Karya seni yang dipamerkan harus
menggambarkan potensi berupa kualitas teknik dan estetiknya.
Bagi kalangan seni rupa khususnya, pameran dapat dijadikan
tolak ukur keberhasilan perupa dalam meningkatkan kualitas dan prestasi
kesenirupaannya. Dalam hal-hal tertentu, pameran siswa SMA pun dapat dijadikan
ukuran keberhasilan proses pembelajaran pendidikan Kesenian – tepatnya seni
rupa di sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar