Klasifikasi Karya Seni Rupa Nusantar
Sebuah karya seni hakikatnya merupakan perwujudan gagasan perupa melalui media (bahan) dan teknik yang sesuai serta mengikuti sebuah prosedur dan keahlian
berkarya tertentu. Pengertian ini tidaklah membatasi siapapun untuk
berkreasi karena kebebasan berekspresi yang mengikuti norma yang berlaku
merupakan salah satu ciri manusia berbudaya. Manusia memerlukan seni sebagai
pelengkap kelebihan akal dan keimanannya. Dalam hal ini seseorang tidaklah
harus menjadi seorang seniman (perupa, pelukis, pematung, pegrafis, keramikus,
desainer, kriyawan) untuk dapat berkarya seni rupa namun bisa siapa saja asal
memiliki faktor-faktor sebagaimana sudah dikemukakan di awal pembahasan.
1. Gagasan
Gagasan atau sering disebut pula ide atau inspirasi adalah hal yang melandasi atau mendorong seseorang untuk berkarya, baik berasal dari dalam (internal) atau luar dirinya (eksternal). Wujudnya bisa berupa perasaan, emosi, mimpi, khayalan, cita-cita, atau bahkan pengalaman. Adalah hal yang lumrah jika manusia sebagai makhluk sosial selalu ingin mengkomunikasikan gagasannya dengan berbagai cara kepada sesamanya. Gagasan pun dapat lahir dari mana saja termasuk dari tanggapan atau apresiasi terhadap keindahan alam ciptaan Tuhan, benda buatan manusia, atau karya seni yang dibuat orang lain.
Seluruh gagasan bersifat abstrak bilamana belum diwujudkan ke dalam sebuah karya seni. Sebagai contoh, jika seorang pemuda sedang mengkhayalkan menjadi kekasih orang yang ditaksirnya lalu dalam pikirannya berencana menggambarkan kecantikan pujaannya tersebut ke dalam sebuah lukisan, maka sebenarnya ia belum berkarya. Tetapi jika mempergunakan media ekspresi seperti gambar artinya ia berekspresi melalui media
Gagasan mula-mula lahir dari mengamati sesuatu lalu
direnungkan dalam-dalam hingga dicapai Sebuah perasaan simpati dan akhirnya lebur dengannya (empati). Untuk
mendapatkan gagasan yang subur perlu didukung latihan dan proses belajar yang
berkesinambungan. Berlatih artinya juga bekerja keras tiada kenal letih hingga
tercapai apa yang dikehendaki. Bagi
seorang perupa, gagasan biasanya dituangkan terlebih dahulu dalam bentuk sketsa
untuk kemudian dikembangkan sampai tercapai bentuk yang matang dan siap menjadi sebuah karya.
Gagasan yang asli (orisinal) dan cemerlang merupakan
keinginan semua perupa agar karya yang dibuatnya bernilai. Banyak cara dan
langkah digunakan untuk mendapatkannya. Ada yang bermeditasi, mengamati karya
perupa lain, tetapi ada juga yang menggali gagasan dengan langsung berkarya.
Contoh perupa yang memiliki gagasan tanpa batas dengan terus berkarya dengan
media serta gaya apapun adalah Pablo Picasso. Ibarat orang berbicara, ia fasih berbahasa apapun dan buktinya
adalah amat produktif membuat lukisan, kolase, keramik, hingga patung.
Berkenaan dengan gagasan yang orisinal, Picasso pernah menggabungkan sadel
sepeda dengan stangnya hingga membentuk kepala seekor banteng. Hal tersebut
menunjukkan, bahwa sesuatu yang biasa karena luput diamati memiliki peluang menjadi
karya yang penting dan bernilai kreatif setelah didahului adanya gagasan yang cemerlang.
a. Gagasan dalam Karya Seni Rupa Nusantara
Gagasan
berkarya seni rupa dapat muncul dari mana dan kapan saja. Sumbernya dapat
berasal sang perupa atau dari luar dirinya seperti dari alam atau buatan
manusia.
1) Gagasan dari Alam
Pelukis
yang menjadi perintis perkembangan seni rupa modern kita, Raden Saleh, dikenal
sering menggali gagasan yang berasal dari kehidupan di alam. Lukisan kehidupan satwa di alam liar adalah contohnya. Demikian
pula pada masa sesudahnya dengan hadirnya kecenderungan seni lukis yang
berangkat dari keindahan alam Nusantara. Pemandangan gunung yang tinggi, lautan
yang membiru, sawah yang menghampar, desa yang damai dan tentram, atau
gadis-gadis cantik menjadi gagasan pokok lukisan yang coraknya Naturalisme.
Kelompok pelukis yang aktif pada tahun awal Abad ke-20 ini dikenal dengan nama
Mooi Indie atau Indonesia Jelita dan terdiri dari bangsa pribumi dan asing.
Beberapa nama di antaranya adalah Abdullah Suryosubroto, Mas Pirngadi, Wakidi, W. G. Hofker, Ernest Dezentje, dan C. L. Dake Jr.
2) Gagasan dari Diri
Beragam pengalaman atau perasaan seorang pelukis mendorong terciptanya karya seni lukis yang menjadi ciri khasnya. Pelukis surealistis Indonesia Lucia Hartini dikenal banyak mengangkat pengalaman pribadinya sebagai seorang perempuan sekaligus ibu yang harus berjuang bagi diri serta anaknya. Gagasan berupa perasaan simpati atau bahkan empati dapat ditemui pada karya Affandi atau Sudjana Kerton yang kerap menghadirkan kaum miskin pada kanvas lukisannya.
2. Media dalam Karya Seni Rupa Nusantara
Media adalah bahan yang menjadi alat yang kongkret untuk menyatakan gagasan
yang bersifat abstrak. Sebagai wahana untuk mengkomunikasikan sebuah gagasan,
media harus dipilih secara tepat. Pemilihan media harus diikuti teknik,
prosedur, dan keahlian berkarya agar karya yang dihasilkan memiliki nilai seni
yang tinggi.
Media seni rupa secara umum terbagi atas dua dan tiga dimensi. Contohnya kertas atau kain tergolong pada kelompok pertama, sedangkan kayu dan batu masuk pada kelompok kedua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar